Penyakit
diare
Penyakit Diare merupakan suatu penyakit
yang dimana penderita penyakit diare ini mengalami buang air besar terlalu
sering dan memiliki kandungan air berlebih.
Penyakit Diare adalah salah satu penyebab kematian paling banyak bagi balita,
penyakit diare ini membunuh lebih dari 1,5 juta
orang/tahun.
Sampai saat ini, penyakit
diare masih merupakan penyebab utama penyakit perut dan kematian pada bayi dan
anak-anak. Saat ini angka kesakitan penyakit diare di indonesia
masih sebesar 195/1.000 penduduk dan angka ini menunjukkan bahwa penyakit diare
di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN.
Penyakit diare yang sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti halnya kolera dengan jumlah penderita
yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Namun, dengan tatalaksana
diare yang cepat, dan tepat, kematian akibat penyakit diare in dapat ditekan
seminimal mungkin. Pada bulan oktober 1992,
ditemukan strain baru yaitu vibrio cholera 0139 yang
kemudian digantikan vibrio cholera strain el tor di tahun 1993, kemudian
menghilang pada tahun 1995-1996 (kecuali di india dan bangladesh yang masih
ditemukan). Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab diare berdarah dan
HUS (Haemolytic Uremia Syndrome). KLB pernah terjadi di Amerika, Jepang, Afrika
Selatan dan Australia. Adapun untuk indonesia sendiri
kedua strain tersebut belum pernah terdeteksi.
Dampak yang paling negatif
dari penyakit diare pada bayi dan anak-anak, diantaranya adalah menghambat
proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup
anak dimasa depan. Pada dekade 1950-1970-an, di negara-negara berkembang
(termasuk indonesia) hanya sekitar 20% etiologi diare akut dapat
diketahui. Pada waktu itu penyakit diare akut di masyarakat (indonesia)
lebih dikenal dengan istilah mutah berak “muntaber”.
Penyakit Diare ini
mempunyai konotasi yang mengerikan, serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan
warga masyarakat. Jika tidak segera diobati, dalam waktu singkat (-+48
jam) Penderita akan meninggal.
Kematian ini dikarenakan
hilangnya cairan elektrolit tubuh akibat adanya dehidrasi. Kemudian, diketahui
bahwa penyebab muntaber adalah kuman Vibrio Cholera biotype El-Tor dan sesuai
dengan nama penyebabnya tersebut maka kejadian wabah yang sering terjadi pada
waktu itu lebih populer dengan istilah wabah Cholera El-Tor. Kejadian wabah
Cholera El-Tor di indonesia yang pertama kali diketahui terjadi di Makasar
(ujung pandang) pada tahun 60-an, dengan menimbulkan sejumlah kematian. Wabah penyakit
ini kemudian diketahui sering terjadi di daerah-daerah lain diindonesia.
Penyebab Penyakit Diare
Penyakit
Diare ini tidak datang dengan sendirinya, namun ada beberapa pemicu yang dapat
menyebabkan penyakit diare ini menyerang penderita. Secara umum, ada
beberapa penyebab penyakit diare diantaranya sebagai berikut:
- Penyakit diare karena Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
- Penyakit diare karena Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
- Penyakit diare karena Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
- Penyakit diare karena Pemanis buatan
Menurut metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak
minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak
yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus.
Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit
akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan
diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus
halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan
menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit
di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus
besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara
berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare
ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa
penderita diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat
kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan
balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh
tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna
laktosa yang terkandung susu sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi
tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI
terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena
langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan
dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama
antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang
ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan
diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak
diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang
diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan
pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.
Gejala Penyakit Diare
Gejala
penyakit diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
- Muntah
- Badan lesu atau lemah
- Panas
- Tidak nafsu makan
- Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa
mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi
virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain
itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain
seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah
atau demam tinggi.
Diare
bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan
kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun
perdarahan otak.
Diare
seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya
menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan
ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan).
Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.
Pengertian, Penyebab,
Gejala, Pengobatan dan Pencegahan Poliomielitis, Artikel atau Makalah
kesehatan kali ini akan mengulas informasi tentang penyakit Poliomielitis, yang
didalamnya menjelaskan definisi atau pengertian penyakit, tanda tanda dan
gejala atau ciri ciri yang muncul atau timbul, penyebab penyakit tersebut, diagnosa
medis (bukan keperawatan) yang muncul, serta cara pengobatan dan pencegahan
atau penanggulangan penyakit Poliomielitis, dan komplikasinya.
DEFINISI
DEFINISI
Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah
virus polio. Penularan virus terjadi melalui
beberapa cara:
1.
Secara langsung dari orang ke orang
2.
Melalui percikan ludah penderita
3.
Melalui tinja penderita.
4.
Virus masuk melalui mulut dan hidung,
berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan
diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Resiko terjadinya polio:
1.
Belum mendapatkan imunisasi polio
2.
Bepergian ke daerah yang masih sering
ditemukan polio
3.
Kehamilan
4.
Usia sangat lanjut atau sangat muda
5.
Luka di mulut/hidung/tenggorokan
(misalnya baru menjalani pengangkatan amandel
atau pencabutan gigi)
6.
Stres atau kelelahan fisik yang luar
biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).
GEJALA
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio:
1.
Infeksi subklinis
2.
Non-paralitik
3.
Paralitik.
95% kasus merupakan
infeksi subklinis. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan
korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi
klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
Infeksi subklinis
(tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam)
1.
demam ringan
2.
sakit kepala
3.
tidak enak badan
4.
nyeri tenggorokan
5.
tenggorokan tampak merah
6.
muntah.
Poliomielitis
non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
1. demam sedang
1. demam sedang
2. sakit
kepala
3. kaku
kuduk
4. muntah
5. diare
6. kelelahan
yang luar biasa
7. rewel
8. nyeri
atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
9. kejang
dan nyeri otot
10. nyeri
leher
11. nyeri
leher bagian depan
12. kaku
kuduk
13. nyeri
punggung
14. nyeri
tungkai (otot betis)
15. ruam
kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
16. kekakuan
otot.
Poliomielitis paralitik
1.
demam timbul 5-7 hari sebelum gejala
lainnya
2.
sakit kepala
3.
kaku kuduk dan punggung
4.
kelemahan otot asimetrik
5.
onsetnya cepat
6.
segera berkembang menjadi kelumpuhan
lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
7.
perasaan ganjil/aneh di daerah yang
terkena (seperti tertusuk jarum)
8.
peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan
bisa menimbulkan nyeri)
9.
sulit untuk memulai proses berkemih
sembelit
sembelit
10.
perut kembung
11.
gangguan menelan
12.
nyeri otot
13.
kejang otot, terutama otot betis, leher
atau punggung
ngiler
ngiler
14.
gangguan pernafasan
15.
rewel atau tidak dapat mengendalikan
emosi
16.
refleks Babinski positif.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang
paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang
dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering
ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang
polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.
Beberapa penderita
mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut
sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif,
yang seringkali menyebabkan kelumpuhan.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk memperkuat diagnosis,
dilakukan pemeriksaan terhadap contoh tinja untuk mencari poliovirus dan
pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi. Pembiakan virus
diambil dari lendir tenggorokan, tinja atau cairan serebrospinal. Pemeriksan
rutin terhadap cairan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan,
protein serta sel darah putihnya agak meningkat.
PENGOBATAN
PENGOBATAN
Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator. Tujuan utama pengobatan adalah mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin diperlukan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotik. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat. Untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung
kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh
yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan
terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan
suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau
kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan).
PENCEGAHAN
Vaksin polio
merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Terdapat 2 jenis vaksin polio:
1.
Vaksin Salk, merupakan vaksin virus
polio yang tidak aktif
2.
Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus
polio hidup.
Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.
Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.
Dewasa yang belum
pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke daerah
yang masih sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar