Rabu, 15 Oktober 2014

penyakit



Penyakit diare

Penyakit Diare merupakan suatu penyakit yang dimana penderita penyakit diare ini mengalami buang air besar terlalu sering dan memiliki kandungan air berlebih.  Penyakit Diare adalah salah satu penyebab kematian paling banyak bagi balita, penyakit diare ini membunuh lebih dari 1,5 juta orang/tahun.
Sampai saat ini, penyakit diare masih merupakan penyebab utama penyakit perut dan kematian pada bayi dan anak-anak.  Saat ini angka kesakitan penyakit diare di indonesia masih sebesar 195/1.000 penduduk dan angka ini menunjukkan bahwa penyakit diare di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN.
Penyakit diare yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti halnya kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.  Namun, dengan tatalaksana diare yang cepat, dan tepat, kematian akibat penyakit diare in dapat ditekan seminimal mungkin.  Pada bulan oktober 1992, ditemukan strain baru yaitu vibrio cholera 0139 yang kemudian digantikan vibrio cholera strain el tor di tahun 1993, kemudian menghilang pada tahun 1995-1996 (kecuali di india dan bangladesh yang masih ditemukan).  Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab diare berdarah dan HUS (Haemolytic Uremia Syndrome). KLB pernah terjadi di Amerika, Jepang, Afrika Selatan dan Australia. Adapun untuk indonesia sendiri kedua strain tersebut belum pernah terdeteksi.
Dampak yang paling negatif dari penyakit diare pada bayi dan anak-anak, diantaranya adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak dimasa depan.  Pada dekade 1950-1970-an, di negara-negara berkembang (termasuk indonesia) hanya sekitar 20% etiologi diare akut dapat diketahui.  Pada waktu itu penyakit diare akut di masyarakat (indonesia) lebih dikenal dengan istilah mutah berak “muntaber”.
Penyakit Diare ini mempunyai konotasi yang mengerikan, serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat.  Jika tidak segera diobati, dalam waktu singkat (-+48 jam) Penderita akan meninggal.
Kematian ini dikarenakan hilangnya cairan elektrolit tubuh akibat adanya dehidrasi. Kemudian, diketahui bahwa penyebab muntaber adalah kuman Vibrio Cholera biotype El-Tor dan sesuai dengan nama penyebabnya tersebut maka kejadian wabah yang sering terjadi pada waktu itu lebih populer dengan istilah wabah Cholera El-Tor. Kejadian wabah Cholera El-Tor di indonesia yang pertama kali diketahui terjadi di Makasar (ujung pandang) pada tahun 60-an, dengan menimbulkan sejumlah kematian. Wabah penyakit ini kemudian diketahui sering terjadi di daerah-daerah lain diindonesia.

Penyebab Penyakit Diare


Penyakit Diare ini tidak datang dengan sendirinya, namun ada beberapa pemicu yang dapat menyebabkan penyakit diare ini menyerang penderita.  Secara umum, ada beberapa penyebab penyakit diare diantaranya sebagai berikut:
  1. Penyakit diare karena Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
  2. Penyakit diare karena Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
  3. Penyakit diare karena Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
  4. Penyakit diare karena Pemanis buatan
Menurut metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.

Gejala Penyakit Diare


Gejala penyakit diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
  1. Muntah
  2. Badan lesu atau lemah
  3. Panas
  4. Tidak nafsu makan
  5. Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.


 Penyakit  

Pengertian, Penyebab, Gejala, Pengobatan dan Pencegahan Poliomielitis, Artikel atau Makalah kesehatan kali ini akan mengulas informasi tentang penyakit Poliomielitis, yang didalamnya menjelaskan definisi atau pengertian penyakit, tanda tanda dan gejala atau ciri ciri yang muncul atau timbul, penyebab penyakit tersebut, diagnosa medis (bukan keperawatan) yang muncul, serta cara pengobatan dan pencegahan atau penanggulangan penyakit Poliomielitis, dan komplikasinya.

DEFINISI

          Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.

PENYEBAB

          Penyebabnya adalah virus polio. Penularan virus terjadi melalui beberapa cara:

1.    Secara langsung dari orang ke orang
2.    Melalui percikan ludah penderita
3.    Melalui tinja penderita.
4.   Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Resiko terjadinya polio:

1.    Belum mendapatkan imunisasi polio
2.    Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio
3.    Kehamilan
4.   Usia sangat lanjut atau sangat muda
5.    Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)
6.   Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).


GEJALA

Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio:

1.    Infeksi subklinis
2.    Non-paralitik
3.    Paralitik.

95% kasus merupakan infeksi subklinis. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam)
1.    demam ringan
2.    sakit kepala
3.    tidak enak badan
4.   nyeri tenggorokan
5.    tenggorokan tampak merah
6.   muntah.

Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
1. demam sedang
2. sakit kepala
3. kaku kuduk
4. muntah
5. diare
6. kelelahan yang luar biasa
7. rewel
8. nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
9. kejang dan nyeri otot
10. nyeri leher
11. nyeri leher bagian depan
12. kaku kuduk
13. nyeri punggung
14. nyeri tungkai (otot betis)
15. ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
16. kekakuan otot.

Poliomielitis paralitik
1.    demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
2.    sakit kepala
3.    kaku kuduk dan punggung
4.   kelemahan otot asimetrik
5.    onsetnya cepat
6.   segera berkembang menjadi kelumpuhan
lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
7.    perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
8.   peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
9.   sulit untuk memulai proses berkemih
sembelit
10. perut kembung
11.  gangguan menelan
12. nyeri otot
13. kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
ngiler
14. gangguan pernafasan
15. rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
16. refleks Babinski positif.

KOMPLIKASI

          Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.
Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap contoh tinja untuk mencari poliovirus dan pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi. Pembiakan virus diambil dari lendir tenggorokan, tinja atau cairan serebrospinal. Pemeriksan rutin terhadap cairan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan, protein serta sel darah putihnya agak meningkat.

PENGOBATAN

          Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator. Tujuan utama pengobatan adalah mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin diperlukan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotik. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat. Untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan).

PENCEGAHAN

          Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.

Terdapat 2 jenis vaksin polio:
1.    Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif
2.    Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup.
Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.

Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke daerah yang masih sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar